Siapakah seseorang dirumah pohon itu?
"Aku,
Bagian dari dirimu”
29/12/2015
Sore ini awan berwajah gelap, menandakkan akan turun
hujan
Angin bertiup mengiringi daun-daun jatuh berterbangan
Mengembalikkan sang burung ke sangkar nya
Mengusir kesibukkan
manusia metropolitan pada hiruk pikuk akhir tahun
Aku penat sangat penat
Penat pada rutinitas, penat pada keramaian
Aku berjalan tak tau arah
Ternyata angin membawa ku pada sebuah taman kecil
ditengah kota
Yang mulai sepi
Menyisakkan beberapa orang saja
Aku suka ini
Tapi tunggu dulu..
Ada hal berbeda yg kulihat
Ada seseorang yg berjalan memanjat kesebuah rumah pohon
yg menjulang tepat ditengah taman
Atau mungkin saja ia hanya ingin meneduh?
Benar saja, hujan turun, deras sekali
Aku menepi di bawah rindang pohon
Diseberang sana,
Aku melihat seseorang itu duduk di pinggir-pinggir rumah
pohon itu
Memejamkan mata sangat hikmat
Seperti ada yg ingin ia rasakkan dari hujan
Seperti ada yang ingin ia bicarakkan pada hujan
Ia menyenderkan badannya pada dinding kayu rumah
pohon
Sesekali memainkan percikkan air hujan
Membiarkan dirinya basah karenanya
Melengkungkan senyuman di wajahnya, manis sekali
Terus saja ia memandangi hujan
Hingga hujan mereda
Dan ia beranjak pergi dari rumah pohon itu.
“Aku
suka aroma hujan, damai”
30/12/2015
Sore ini aku mencoba mengintip rumah pohon itu
Bukan maksudku seseorang itu
Tak bosan kumelirik jam tanganku
Sudah 2jam aku mencari,tapi tak datang pula tanda
keberadaan seseorang itu
Mungkin, karena sore ini hujan tak tiba
Tapi Malam begitu cepat tiba
Ah sudahlah
Aku pun beranjak pergi
Tapi, tunggu dulu
Ada cahaya yg berjalan mendekati rumah pohon itu
Samar-samar, mataku menyipit sedikit kesilauan
Cahaya itu makin jelas
Benar,Ia kembali datang
Aku pun mengurungkan untuk pergi
Malam ini ada yang ia bawa
Lampu pijar di tangan kanannya dan gitar yang ia
sangkulkan di bahunya
Sampai-sampai ia kesulitan memanjat
Hampir terjatuh
Rumah pohon itu tidak cukup cahaya
Meski ada sedikit cahaya dari lampu disudut taman
Ia duduk dan menaruh lampu pijar disampingnya
Sempurna, rumah pohon itu gelap
Hanya sisinya yg bercahaya karena pijaran lampu
Membuat bayangan dirinya pada dinding rumah pohon
Ia mulai memainkan gitar
Mulai menyentuh tangannya pada senar gitar
Mulai me-petik sebuah melodi
Mulai memejamkan mata
Mengalunkan lagu yang sepertinya aku kenal
Dan mulai terhanyut begitu dalam pada malam
Sesekali ia membuka mata
Menunjukkan tangannya kelangit
Menunjukkan tangganya pada satu satu bintang diatas
sana
Kembali melengkungkan senyum manis di bibirnya
Dan melanjutkan petikan gitarnya
Aku bisa merasakkan arti dari syair lagu itu
Aku mulai paham seseorang itu..
“Malam selalu cantik, jika kamu bisa
menikmatinya”
31/12/2015
Malam ini taman sangat ramai
Taman dipenuhi orang-orang yang sibuk mempersiapkan
malam pergantian tahun
Oleh pedagang yang menjual terompet, berisik sekali
Anak-anak yang berlarian kesana kemari tak sabar
bermain kembang api
Pemuda-pemudi yg sok “mesra”
Para penjual segala jenis makanan tahun baru
Orang tua yang sibuk mengiringi anaknya
Sesak akan kebahagiaan
Sesak akan keramaian
Aku benci
Aku beranjak pergi dari taman itu
Tapi..
Pukul 23:00 aku kembali ketaman
Kembali ingin bertemu dengan seseorang itu
Masih ramai, semakin ramai
Arght
Tapi,
Seseorang yg kucari ada di rumah pohon itu
Aku pun memberanikkan diri untuk berjalan mendekat,
semakin dekat pada ruma pohon
Ingin memanjat namun ragu
Menyentuh anak tangga dan kembali ragu
Namun aku paksakan untuk memanjat hingga
keberadaanku disadari oleh seseorang itu
Aku kaget
Ia melemparkan senyuman
Bukan hanya itu, aku sangat kenal wajah itu
Aku sangat mengenalinya
Aku duduk tepat disampingnya, sambil keheranan
Ia melepaskan headset sebelah kirinya dan
memberikkannya pada ku
Aku terkejut kaget
Volume handphonenya kencang sekali, meski suara
berisik terompet dan petasan masih terdengar tapi setidaknya mulai menyamar
Aku sedikit menyerit ditelinga
Tapi aku kenal akan lagu ini, aku amat kenal
Aku mulai terhanyut oleh lagu ini
Aku mulai tak mendengar suara bising itu
Aku mulai bisa merasakkan kedamaian sederhana
Tapi dahi ku masih berderit, keheranan
Dia melepaskan headset pada telinganya dan telingaku
Seperti ada yg ingin dibicarakkan
Senyum itu kembali melengkung, aku pun ikut
tersenyum
Hembus angin sempurna menggerakkan rambut ikalnya
Suara bising semakin samar terdengar
Aku makin merasakkan kedamaian rumah pohon ini
Aku tau aku mengenalnya
Kamu
tahu siapa dia?
Ternyata
dia lah kedamaianku, kedamaian diri ku sendiri yang sedang kucari.
Bagian
dari diri ini yang membentuk bayangan sempurna
Yang
keluar dari raga, karena ingin mencari dan akhirnya menemukkan
Menemukkan
kedamaiannya sendiri
Menemukkan
alasan untuk kembali tersenyum pada kenyataan yg tidaklah lembut.
Ya
,ialah aku.
Aku
yang telah menemukkan kedamaian diri.
Terimakasih
hujan, telat menitipkan kesejukkan pada hati-hati yg gundah
Terimakasih
malam , karena telah menemukkan cahaya nya
Terimakasih
sunyi, karena telah menunjukkan seberapa berartinya diri ini
Belajarlah
untuk sering mengucap syukur.


Komentar
Posting Komentar